Sejarah PMKRI: Perjalanan Panjang Mahasiswa Katolik Indonesia

Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) adalah organisasi mahasiswa yang telah menjadi bagian penting dari sejarah perjuangan kemahasiswaan di Indonesia.

Berdiri pada 25 Mei 1947, PMKRI lahir dari semangat persatuan mahasiswa Katolik untuk berkontribusi bagi Gereja dan Tanah Air. Artikel ini menguraikan perjalanan sejarah PMKRI, dari cikal bakal pendiriannya hingga peranannya dalam dinamika sosial dan politik Indonesia.

Cikal Bakal PMKRI: Fusi KSV dan PMKRI Yogyakarta

PMKRI berawal dari fusi dua organisasi mahasiswa Katolik, yaitu Federasi KSV (Katholieke Studenten Vereniging) dan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Yogyakarta.

Federasi KSV terdiri dari beberapa cabang, seperti KSV St. Bellarminus Batavia (Jakarta, berdiri 10 November 1928), KSV St. Thomas Aquinas Bandung (14 Desember 1947), dan KSV St. Lucas Surabaya (12 Desember 1948). Federasi ini, yang didirikan pada 1949, dipimpin oleh Gan Keng Soei (KS Gani) dan Ouw Jong Peng Koen (PK Ojong).

Sementara itu, PMKRI Yogyakarta didirikan pada 25 Mei 1947 di Balai Pertemuan Gereja Katolik Kotabaru Yogyakarta (kini Gedung Widya Mandala) dengan St. Munadjat Danusaputro sebagai ketua pertama.

Penetapan tanggal ini, yang bertepatan dengan Hari Pentakosta, dipengaruhi oleh Mgr. Soegijapranata, yang melihatnya sebagai simbol turunnya Roh Kudus untuk menggerakkan mahasiswa Katolik dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Keinginan untuk bersatu muncul pada akhir 1949, ketika Federasi KSV menyadari pentingnya identitas sebagai "mahasiswa Katolik Indonesia," bukan hanya mahasiswa Katolik. Dalam pertemuan antar-KSV, mereka memutuskan untuk menggabungkan diri dengan PMKRI Yogyakarta guna membentuk organisasi nasional yang lebih kuat.

Proses Fusi dan Kelahiran PMKRI

Proses fusi dimulai dengan pertemuan antara utusan Federasi KSV, dipimpin oleh Gan Keng Soei, dan pimpinan PMKRI Yogyakarta pada 18-19 Oktober 1950. 

Pertemuan ini mendapat dukungan dari Vikaris Apostolik Batavia, Mgr. PJ Willekens, SJ, yang pro-Indonesia. Hasilnya, kedua organisasi sepakat untuk mengadakan kongres masing-masing guna membahas rencana fusi, diikuti dengan Kongres Gabungan di Yogyakarta pada 9 Juni 1951.

Kongres Gabungan berlangsung sengit, terutama dalam menentukan tanggal berdirinya organisasi baru. Setelah diskusi panjang dan kongres terpisah pada 10 Juni 1951, fusi resmi tercapai pada 11 Juni 1951.

Organisasi baru ini dinamakan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), dengan beberapa keputusan penting, antara lain:

  1. Tanggal berdiri PMKRI ditetapkan 25 Mei 1947, sesuai pendirian PMKRI Yogyakarta.
  2. PMKRI berasaskan Pancasila dan dijiwai nilai-nilai Kekatolikan, dengan semboyan Religio Omnium Scientiarum Anima (Agama adalah jiwa segala ilmu pengetahuan).
  3. Santo pelindung PMKRI adalah Sanctus Thomas Aquinas.
  4. Empat cabang pertama adalah Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Surabaya.
  5. PK Haryasudirja ditetapkan sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PMKRI periode 1951-1952.

Kongres ini, yang disebut sebagai Kongres I PMKRI, menjadi tonggak sejarah yang menandai kelahiran organisasi nasional mahasiswa Katolik di Indonesia.

Perkembangan dan Kontribusi PMKRI

Sejak berdiri, PMKRI terus berkembang dengan mendirikan cabang-cabang baru di berbagai kota di Indonesia. Organisasi ini aktif dalam tiga bidang utama: kerohanian-mental, kemasyarakatan-kenegaraan, dan kemahasiswaan

PMKRI tidak hanya fokus pada pembinaan spiritual anggotanya, tetapi juga terlibat dalam isu-isu sosial, politik, dan kemerdekaan Indonesia.

Pada era kemerdekaan, PMKRI menjadi wadah bagi mahasiswa Katolik untuk memperjuangkan nilai-nilai keadilan sosial dan kemanusiaan. 

Organisasi ini juga menjalin hubungan dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, hierarki Gereja, dan organisasi mahasiswa lain seperti Kelompok Cipayung (berdiri 1974), yang terdiri dari PMKRI, HMI, PMII, GMNI, dan GMKI. 

PMKRI juga menjadi deklarator Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) pada 1996, menunjukkan peran aktifnya dalam demokrasi.

Di kancah internasional, PMKRI tergabung dalam International Movement of Catholic Students (IMCS) dan menjalin hubungan dengan World Student Christian Federation (WSCF) serta International Young Christian Students (IYCS). Hal ini memperkuat posisi PMKRI sebagai organisasi mahasiswa yang memiliki visi global.

Tantangan dan Adaptasi

Sepanjang sejarahnya, PMKRI menghadapi berbagai tantangan, mulai dari dinamika politik nasional hingga perubahan sosial di era modern. 

Pada masa Orde Baru, PMKRI tetap mempertahankan independensinya, menolak bergabung secara struktural dengan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) demi menjaga kemandirian dan kekritisan organisasi. 

PMKRI juga aktif dalam koalisi organisasi masyarakat untuk perubahan konstitusi, menunjukkan komitmennya terhadap reformasi.

Dalam era globalisasi, PMKRI terus beradaptasi dengan mengintegrasikan teknologi dan memperluas program pembinaan kader, seperti Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB), Masa Bimbingan (MABIM), dan Konferensi Studi Nasional (KSN). 

Organisasi ini juga memperkuat semangat Pro Ecclesia et Patria (Untuk Gereja dan Tanah Air) untuk tetap relevan di tengah tantangan zaman.

Kongres dan Kepemimpinan

PMKRI secara rutin mengadakan Kongres dan Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) untuk menentukan arah organisasi dan memilih kepemimpinan. 

Dari Kongres I di Yogyakarta (1951) hingga Kongres XXX di Palembang (2018), PMKRI telah menghasilkan pemimpin-pemimpin visioner, seperti PK Haryasudirja, Cosmas Batubara, dan Juventus Prima Yoris Kago. 

Kongres-kongres ini juga menjadi ajang untuk merumuskan strategi perjuangan sesuai dengan konteks zaman.

Kesimpulan

Sejarah PMKRI adalah cerminan perjuangan mahasiswa Katolik Indonesia untuk mewujudkan keadilan, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati. Dari fusi Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta pada 1951, PMKRI telah tumbuh menjadi organisasi yang berpengaruh, baik di tingkat nasional maupun internasional. 

Dengan berpegang pada nilai-nilai Kekatolikan, Pancasila, dan semangat kemahasiswaan, PMKRI terus menjadi Bhayangkara Gereja dan Nusa, menginspirasi generasi muda untuk berkontribusi bagi Indonesia yang lebih baik.

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *